#14 Belajar Gaya Hidup Bebas Cicilan


Photo by Alice Pasqual on Unsplash
 https://unsplash.com/photos/Olki5QpHxts

*Disclaimer dulu guys, di tulisan kali ini saya akan (agak) menyinggung sedikit tentang masalah keuangan tentunya bagi anak muda, tapi bagaimanapun bukan berarti saya seseorang yang ahli dalam hal financial atau pakar keuangan ya guys...

BeTeWe, kenapa juga ya saya kasih judul tulisan ini seperti judul yang diatas? Well guys, tadinya saya mau kasih judul ‘Gaya hidup bebas hutang’ tapi maaf karena hutang itu banyak jenisnya dan biasanya masalah yang terjadi pada kaum muda yaitu berupa utang cicilan: nyicil rumah, nyicil mobil, nyicil motor, nyicil handphone, nyicil baju, nyicil calon istri/suami... eh sorry... iya guys serba nyicil pokoknya.

“gaya berbanding lurus dengan tekanan, makin banyak gaya makin banyak tertekan.” Maksudnya apa nih? Tapi ada benernya juga ungkapan ini, gaya hidup kebanyakan orang yang kekinian diibaratkan hukum fisika.

Kalau dipikir-pikir apa yang menyebabkan orang itu ‘ngutang’? jawabanya sih variasi, bisa jadi karena kebutuhan, kemusibahan, atau keinginan. Tetapi berdasarkan yang saya amati, kebanyakan dari mereka yang berhutang itu adalah berdasarkan keinginan intinya ya gak mendesak-mendesak amat tapi mungkin karena tuntutan gaya hidup.

Berikut beberapa kasus yang bisa menyebabkan hidup selalu terbelenggu dengan utang cicilan dan pastinya kamu sudah harus tahu apa yang harus kamu lakukan setelah membaca ini.

Case-1: Nyicil rumah

“Apa yang salah dengan nyicil rumah, toh nanti juga jadi milik kita daripada ngontrak terus!”
Mungkin kamu pernah atau bahkan sering mendengar pernyataan seperti diatas. Sebenarnya tak ada yang salah dengan menyicil rumah jika hal itu dilakukan pada seseorang dan tanpa bunga. Sayangnya, hal tersebut jarang terjadi, Guys!

Banyak pasangan muda yang telah menikah pastinya mereka ingin punya rumah sendiri. Ingin mandiri, bagus sih tapi karena masyarakat di kita cenderung memandang kalau udah nikah tuh harusnya punya rumah sendiri, akhirnya karena termakan stigma masyarakat meski gaji terbilang pas-pasan mereka maksain deh nyicil rumah KPR yang DP-nya aja tuh selangit padahal ngontrakpun gak selalu dipandang jelek. Kalau ngontrak rumah aja masih bisa nabung, why not. Sayangnya kebanyakan orang gak gitu mikirnya, justru mereka berpikir daripada uangnya terus-menerus buat ngontrak rumah mending nyicil rumah yaitu tadi KPR dengan jangka waktu bertaun-taun. Padahal sejatinya rumah itu dibangun bukan diangsur.

Case-2: nyicil keendaraan pribadi

 *ilustrasi percakapan

Teman: “War, gak capek apa tiap pepergian jalan kaki mana cuacanya panas lagi?”
Saya       : “Ya kadang capek juga sih.”
Teman: “Ih kalau aku jadi kamu aku udah pesen ojek.”
Saya     : *he... (cuman bisa nyegir)
Teman: “Beli motor aja biar gampang kemana-mana, naik angkot mah ribet!”
Saya     : “Uangnya belum ada... masih nabung.”
Teman: “Yaelah, nunggu nabung mah lama. Kalau aku jadi kamu aku udah ngredit              motor.”
Saya     : “Nggak ah... Aku mana berani ngredit-ngredit gitu cicilanya kan gede.”
Teman: “Kan kamu udah kerja... Bisa mereeun nyicil, ambil yang 3 tahun aja biar agak      ringan. SEKARANG MAH KALAU GAK NYICIL GAK BAKAL PUNYA.”
Saya    : “Iya juga ya... Eh tapi... (*confused)

“Sekarang mah kalau gak nyicil gak bakal punya” sekilas kayak yang bener tapi sebenarnya mematikan. Nyicil? Maksud anda kredit?! Whatever! Biasanya kalau kredit kendaraan gak jauh dari leasing guys, saya aja bingung aturanya gimana. Yang namanya ngredit kan bayarnya dengan cara dicicil berarti itu barang udah jadi milik kita sekalipun bayarnya nunggak, tapi tidak dengan leasing, sekali nunggak barangnya ditarik lagi tanpa uang kembali (yaiya kan dibayarin dulu sama pihak lain, siapa yang mau rugi).

So, masalahnya dimana? Ya, saya merasa miris aja dengan banyaknya generasi sekarang, mudah tergoda dengan cicilan ini itu. Terkadang banyak didapati kaum milenial yang mungkin belum lama dapat kerja tetapi berani memaksakan nyicil ini itu terutama kendaraan yang mana jangka waktu nya itu bisa dibilang lama.  Tak terpikir kalau sewaktu-waktu ingin berhenti kerja atau diberhentikan sedang cicilan masih panjang seolah tak ada kebebasan jika hidup terbelenggu cicilan.

Case-3: belanja pake kartu kredit.

Wong ndeso seperti saya munkin akan amazed ketika melihat orang belanja dan mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya. padahal apa yang musti dibanggakan dengan belanja pake kartu kredit yang sesusnggunya ngutang hanya karena diberi kemudahan berbelanja, atau iming-iming cicilan 0%. Lalu, ketika tagihan kartu kredit membengkak dan kamu pun tak mampu bayar, kamu akan dipusingkan dengan debt collector yang selalu mengejarmu.

Sekarang mau hp baru aja bisa ngredit, tak sedikit juga yang melakukan hal ini terlebih yang suka gonta-ganti smartphone karena tidak ingin katinggalan keluaran terbaru. Kalau ada kartu kredit pengen smartphone baru pun bisa lebih mudah, mungkin begitu pikirnya.
  
Case-4: pinjam modal (bank) untuk bisnis

Menurut saya hal ini juga termasuk kesalahan besar apalagi jika harus pinjam ke bank. Menjalani sebuah bisnis itu baiknya pikirkan untung-ruginya. Ok... oke... bisnis atau punya usaha sendiri itu bagus lagian siapa sih yang mau jadi karyawan terus tetapi seringkali menjalani suatu bisnis itu tidak selalu lancar dan mulus apalagi kalau kurang diimbangi ilmunya. Contohnya, bila kamu membuka usaha atau berdagang yang mana dalam setiap harinya tidak selalu banyak pembeli, parahnya kita selalu membuat spekulasi dalam berbisnis berharap mendapat omzet banyak. Jika modal sendiri, seandainya bankrut hal ini memang masalah dan jika uang yang jadi modal usaha berasal dari pinjaman bank maka hal itu lebih masalah bahkan akan lebih buruk yang pernah menimpamu.

Banyak orang berkata bahwa di zaman sekarang sulit untuk hidup terbebas dari utang apalagi untuk yang sudah berumah tangga, anggaran makan, anggaran sekolah anak, anggaran listrik, anggaran air, anggaran tempat tinggal, anggaran kendaraan sementara gajih pas-pasan makanya ngutang.

Masalah sebenarnya bukan dari keterbatasan uang yang kita punya melainkan ada pada mindset kita. Jadi apapun tergantung mindset kita, sangat tidak disarankan berhutang kalau tidak mendesak-desak amat apalagi cuma untuk gaya hidup semata. Tuhan ngasih rezeki ke kita untuk hidup bukan untuk gaya hidup, mulailah merasa cukup dan selalu bersyukur atas apa yang sudah kita miliki. Terkadang hidup dengan banyak uang pun atau bahkan dikelilingi dengan barang-barang mewah pun tak menjadikan kita secara emosional selalu bahagia. Banyak dari kita bela-belain nyicil ini-itu padahal tujuan sebenarnya cuman buat orang merasa impressed atau terkesan terhadap apa yang kita punya. Don’t do that, Dear!

Mulai sekarang milikilah sesuatu yang sangat prioritas benar-benar kita perlukan saja. Lebih baik nunggu lama menabung daripada berutang untuk sesuatu yang kita inginkan. Yang perlu dilakukan adalah tingkatkan pendapatan bukan berutang.

Also read: Jalan kaki

No comments:

#26 Ngulik tentang Financial Literacy

  Photo by Chronis Yan on Unsplash Di blog ini pula, saya pernah sebelumnya menulis tulisan dengan judul “ "#14 Belajar Gaya Hidu...