#3 Jalan Kaki



Sepertinya tulisan saya kali ini agak random atau ngaur gimana gitu... (sejak kapan tulisan kamu ga ngawur) tapi bodo amat lah..

O iya saya mau cerita tentang masalah jalan kaki, what? Jalan kaki? Yeah, So? Ternyata jalan kaki menyehatkan, Guys. (yaelah kirain apa, ga penting banget sii!).

Okay, saya akan cerita lebih dari sekedar jalan kaki, bagi saya jalan kaki itu selain bikin pegel kaki (meski ga sering) ternyata ada sisi manfaatnya, saya juga ga tau dan tak pernah melakukan research mengenai manfaat jalan kaki itu sendiri, apakah jalan kaki itu terbukti dapat menjaga tubuh agar tetap sehat atau tidak, ya wallahu ‘alam, saya bukan seorang pakar, tapi yang saya rasakan dengan jalan kaki, it can keep my body from being fat or obese. Belive it or not, kiloan saya dari semenjak sekolah di SMK sampai sekarang tetap 45 apalagi kalau ga banyak makan atau ngemil bisa jadi 42-43 kalupun nambah kiloan ya ga jauh paling berat antara 46n dan biasanya ga lebih dari itu,  itu pun tak berlangsung lama besoknya jadi 45 lagi.

Dan selain itu yang saya suka dari jalan kaki itu, kalau kita menemukan spot yang bagus kita bisa puas memandangnya dengan berlama-lama jalannya. Saya paling suka jalan di jalan jalan kecil dengan alam terbuka di sisi kiri-kananya pesawahan atau taman-taman atau bukit-bukit kecil yang bayak pepohonan, atau juga seperti menyusuri gang-gang yang penuh bangunan tua, klasik dan unik, tidak banyak kendaraan lewat.

Tapi sayangnya, meski jalan kaki itu ada manfatnya. Orang ga pada mau jalan kaki, katakanlah masyarakat di kita, mereka cenderung lebih suka naik motor atau mobil, saya juga ga tau kenapa alasanya, entah itu dari segi mentality-nya atau dari segi keadaan alam dan lingkunganya yang tak mendukung. Memang sih, saya maklum hal itu, apalagi kalau cuaca lagi panas-panasnya bikin malas deh untuk jalan kaki.

Okay, disini saya cerita sebagai pedestrian atau pejalan kaki, saya emang sering jalan kaki, karna saya memang tinggal di suatu pedesaan yang jarak dari rumah kejalan raya itu cukup jauh aksesnya bisa dibilang 1 km an lah kurang lebih, nah untuk mengakses jalan raya tersebut saya biasa jalan kaki dari rumah setelah itu baru naik angkot untuk mencapai tempat yang dituju. Jujur saya ga punya motor atau kendaraan apapun sama sekali. Kalau berpergian jarak dekat saya masih mengandalkan jalan kaki dan ngangkot.

Saya berpikir bahwa orang di zaman sekarang khususnya di Indonesia, jangan jauh-jauh lah Sumedang aja, kota dimana saya tinggal, mendengar kata jalan kaki pun mereka udah males apalagi kalau mempraktekanya.

A: beli cemilan yuk ke depan!
B: Ah ogah ah males, kamu aja!
A: kenapa, tinggal ke depan doang jalan kaki dikit!
B: justru itu aku males jalan kakinya.
A: Urghhhh,,, (kesel *dalam hati*)
B: Aku mau kesana tapi pake motor.
A: Kan motornya lagi di pake sama si X.
B: Yaudah mesen ojek online aja.

Dulu pas zaman saya sd/smp masih banyak sih anak sekolah yang berjalan kaki, sekarang makin kesini makin menyusut jumlahnya bahkan jarang meski rumah mereka jaraknya cukup dekat ke sekolah mereka lebih suka bawa motor sendiri. Gak heran yah kalau sekarang ini jalanan sering macet karna jumlah pengguna kendaraan pribadi semakin bertambah, seorang karyawan biasa pun sekarang bisa kebeli mobil. Apa sih yang gak bisa di jangkau di zaman sekarang, banyak agen atau dealer-dealer yang menawar kan kredit ini itu dengan DP yang murah termasuk kendaraan, dulu yang punya mobil atau mator cuman orang yang berduit, sekarang orang yang ekonominya pas-pasan pun bisa punya mobil atau minimal motor lah, mereka memaksakan diri ngredit, ya karna sistemnya di permudah. Di sisi lain, menggunakan kendaraan pribadi memang lebih cepat dan efisien, ga banyak makan waktu, banyak orang ga mau ribet harus jalan kaki, naik angkot, bis dll. Tapi perlu kita sadari, dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan dari tahun ketahun membuat jalanan semakin sempit, disamping itu juga dapat menyebabkan polusi semakin meningkat, makin susah aja menghirup udara bersih. Mungkin ga salah juga kalau makin hari bumi ini makin panas, karna pemanasan global, ujung-ujungnya efeknya ke lingkungan juga, kalau makin panas makin jarang ada orang yang mau jalan kaki. Kadang orang ga sampai kesitu mikirnya.

Selain itu dari segi fasilitas memang belum mumpuni di Indonesia ini, sebagai pejalan kaki saya ga ngerasa terfasilitasi, selama ini pemerintah bikin jalan tapi trotoarnya ga di perhatikan. Kalau pun ada trotoar yang agak lebar dikit, udah pasti diserobot sama pedagang kaki lima, atau yang parkir motor, pernah merhatiin ga banyak motor yang diparkir di trotoar, belum lagi harus berbagi dengan tiang listrik, pohon, tiang papan reklame yang di pasang pas di tengah trotoar. Mungkin hal ini juga yang bikin orang males jalan kaki. Kalau lagi enak-enak jalan, eh motor dengan tanpa bersalahnya nyerembet ke badan trotoar, heran saya.  Ada juga yang bikin saya lebih heran daripada itu, pas kita lagi jalan di trotoar tiba-tiba depan kita ada pedagang dan dipinngir trotoar yang dipakai jualan itu ada mobil yang terpakir sembarangan, otomatis kita jadi turun ke bahu/badan jalan yang beresiko keserempet mobil. Benar-benar merebut hak pejalan kaki. Ya tapi itu lah suka duka nya pejalan kaki. Lebih parahnya, ternyata masyarakat di kita itu ga benar-benar tertib lalu lintas, udah tahu ada lampu merah tapi mereka tetap jalan saja, contoh; saya sering lewat dan nyebrang di pertigaan jalan Angkrek disitu kan ada lampu merah sekaligus zebracross-nya juga, kalau pas lampu merah selalu ada aja kendaraan yang tetap jalan pura-pura ga lihat. Dan saya ga berani nyebrang lah kalau lampunya belum merah meski keaadaanya sepi kendaraan.

Di luar negri, katakanlah seperti di Negara-negara maju, mulai dari sistem transportasi, lalu lintas, fasilitas umum seperti trotoar dibuat sedemikian rapih dan tertib. Di luar negri pejalan kaki adalah raja, di kita, Indonesia, pejalan kaki di klaksonin seakan-akan pejalan kaki itu adalah penghalang, dan mereka orang yang berkendara gak mau ngalah. Di tengah maraknya issu tentang global warming ga lantas membuat masyarakat Indonesia semakin sadar lingkungan, hanya untuk berjalan kaki dengan jarak yang dekat pun mereka merasa gengsi (saya ga bilang semua ya orang Indonesia seperti itu), padahal masyarakat seperti di Negara-negara maju (e.g. Jerman, Swiss, Jepang, Singapur dll.) mereka lebih memilih jalan kaki atau bersepeda atau menggunakan public transport. Selain peraturanya yang ketat, Masyarakatnya disiplin. Biaya parkir yang mahal, biaya pembuatan sim yang sangat mahal pula dan harus benar-benar licensed, mewajibkan memiliki garasi sendiri, membuat masyarakat disana jadi mikir-mikir lagi untuk memiliki atau berkendara sendiri. Kalau di kita kan parkir bisa di mana aja dan ga sampai ratusan ribu per jamnya, bikin sim bisa nembak, intinya ga seribet aturan disana.

Disini yang saya rasakan, masyarakat sekitar menganggap orang seperti saya yang tiap hari jalan kaki bolak-balik, adalah hal yang aneh dan mungkin mereka bosan kali ya liat saya yang tiap harinya jalan kaki (*kecuali hari libur ga kemana-mana) ga ada peningkatan, orang lain udah naik motor lu kapan War. “Neng sendirian aja?”, “Neng jalan aja, ga pake ojek?”, “Neng, panas atuh jalan kaki mah?”, “Neng ga di anterin pake motor?”“Ih, Neng, uyuhan papah, meni paranas jeung kebul kieu!”, “Ih mun urang mah haroream teuing leumpang!”. *bodo amat.

Tapi kalau kita emang niat dari hati mau sepanas apapun, sebecek apapun, seberdebu apapun kondisinya, ga ada masalah buat jalan kaki. Kadang saya ngerasa sendiri siih ditengah-tengah orang yang memilih untuk berkendara sendiri. Intinya ga ada yang larang untuk memiliki kendaraan apapun dan sebanyak apapun, mau naik motor/mobil ke sekolah, kampus, tempat kerja, rumah saudara, sah-sah aja ga ada yang larang. Saya juga gak menampik kalau saya juga ingin memiliki kendaraan pribadi. Tapi kalau kita mau sedikit peduli pada lingkungan dan sosial, kita bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, atau alternatifnya kita bisa membuat jadwal mengenai pemakaian kendaraan pribadi. Misal, hari ini kita bawa motor, hari ini sama ini kita naik transportasi umum, kalau kita bawa barang banyak ya mungkin bawa mobil sendiri bisa jadi pilihan, kalu enggak ya ga harus. Intinya ya ga di bikin ribet mentang-mentang ga ada motor ga jadi deh perginya, atau malah ga sekolah. Ingat! Masih banyak orang di luaran sana yang daerahnya terisolir boro-boro mikirin punya motor/mobil  akses jalanya pun masih sulit.

Tapi ya susah sih untuk belajar hidup sederhana salah satunya dengan jalan kaki, apalagi kalau sudah biasa dengan gaya hidup yang serba instant, cepat dan ga mau ribet.



2 comments:

Unknown said...

Diriku juga penyuka jalan kaki hehe
Olahraga murah meriah, tapi susah juga kalau jalan kaki di jalan angkrek bawa anak Dua karena GAK ADA TROTOAR cuuyy hoho

warda sri said...

yah dimaklum des.. apalagi jalanan ankrek

#26 Ngulik tentang Financial Literacy

  Photo by Chronis Yan on Unsplash Di blog ini pula, saya pernah sebelumnya menulis tulisan dengan judul “ "#14 Belajar Gaya Hidu...