O iya saya mau cerita tentang masalah
jalan kaki, what? Jalan kaki? Yeah, So? Ternyata jalan kaki
menyehatkan, Guys. (yaelah kirain apa, ga penting banget sii!).
Okay, saya akan cerita lebih dari
sekedar jalan kaki, bagi saya jalan kaki itu selain bikin pegel kaki (meski ga
sering) ternyata ada sisi manfaatnya, saya juga ga tau dan tak pernah melakukan
research mengenai manfaat jalan kaki itu sendiri, apakah jalan kaki itu
terbukti dapat menjaga tubuh agar tetap sehat atau tidak, ya wallahu ‘alam,
saya bukan seorang pakar, tapi yang saya rasakan dengan jalan kaki, it can keep
my body from being fat or obese. Belive it or not, kiloan saya dari semenjak
sekolah di SMK sampai sekarang tetap 45 apalagi kalau ga banyak makan atau
ngemil bisa jadi 42-43 kalupun nambah kiloan ya ga jauh paling berat antara 46n
dan biasanya ga lebih dari itu, itu pun
tak berlangsung lama besoknya jadi 45 lagi.
Dan selain itu yang saya suka dari
jalan kaki itu, kalau kita menemukan spot yang bagus kita bisa puas
memandangnya dengan berlama-lama jalannya. Saya paling suka jalan di jalan
jalan kecil dengan alam terbuka di sisi kiri-kananya pesawahan atau taman-taman
atau bukit-bukit kecil yang bayak pepohonan, atau juga seperti menyusuri
gang-gang yang penuh bangunan tua, klasik dan unik, tidak banyak kendaraan
lewat.
Tapi sayangnya, meski jalan kaki itu
ada manfatnya. Orang ga pada mau jalan kaki, katakanlah masyarakat di kita,
mereka cenderung lebih suka naik motor atau mobil, saya juga ga tau kenapa
alasanya, entah itu dari segi mentality-nya atau dari segi keadaan alam dan
lingkunganya yang tak mendukung. Memang sih, saya maklum hal itu, apalagi kalau
cuaca lagi panas-panasnya bikin malas deh untuk jalan kaki.
Okay, disini saya cerita sebagai
pedestrian atau pejalan kaki, saya emang sering jalan kaki, karna saya memang
tinggal di suatu pedesaan yang jarak dari rumah kejalan raya itu cukup jauh
aksesnya bisa dibilang 1 km an lah kurang lebih, nah untuk mengakses jalan raya
tersebut saya biasa jalan kaki dari rumah setelah itu baru naik angkot untuk
mencapai tempat yang dituju. Jujur saya ga punya motor atau kendaraan apapun
sama sekali. Kalau berpergian jarak dekat saya masih mengandalkan jalan kaki
dan ngangkot.
Saya berpikir bahwa orang di zaman
sekarang khususnya di Indonesia, jangan jauh-jauh lah Sumedang aja, kota dimana
saya tinggal, mendengar kata jalan kaki pun mereka udah males apalagi kalau
mempraktekanya.
A: beli cemilan yuk ke depan!
B: Ah ogah ah males, kamu aja!
A: kenapa, tinggal ke depan doang jalan
kaki dikit!
B: justru itu aku males jalan kakinya.
A: Urghhhh,,, (kesel *dalam hati*)
B: Aku mau kesana tapi pake motor.
A: Kan motornya lagi di pake sama si X.
B: Yaudah mesen ojek online aja.
Dulu pas zaman saya sd/smp masih banyak
sih anak sekolah yang berjalan kaki, sekarang makin kesini makin menyusut
jumlahnya bahkan jarang meski rumah mereka jaraknya cukup dekat ke sekolah
mereka lebih suka bawa motor sendiri. Gak heran yah kalau sekarang ini jalanan
sering macet karna jumlah pengguna kendaraan pribadi semakin bertambah, seorang
karyawan biasa pun sekarang bisa kebeli mobil. Apa sih yang gak bisa di jangkau
di zaman sekarang, banyak agen atau dealer-dealer yang menawar kan kredit ini
itu dengan DP yang murah termasuk kendaraan, dulu yang punya mobil atau mator
cuman orang yang berduit, sekarang orang yang ekonominya pas-pasan pun bisa
punya mobil atau minimal motor lah, mereka memaksakan diri ngredit, ya karna
sistemnya di permudah. Di sisi lain, menggunakan kendaraan pribadi memang lebih
cepat dan efisien, ga banyak makan waktu, banyak orang ga mau ribet harus jalan
kaki, naik angkot, bis dll. Tapi perlu kita sadari, dengan semakin meningkatnya
jumlah kendaraan dari tahun ketahun membuat jalanan semakin sempit, disamping
itu juga dapat menyebabkan polusi semakin meningkat, makin susah aja menghirup
udara bersih. Mungkin ga salah juga kalau makin hari bumi ini makin panas,
karna pemanasan global, ujung-ujungnya efeknya ke lingkungan juga, kalau makin
panas makin jarang ada orang yang mau jalan kaki. Kadang orang ga sampai kesitu
mikirnya.
Selain itu dari segi fasilitas memang
belum mumpuni di Indonesia ini, sebagai pejalan kaki saya ga ngerasa
terfasilitasi, selama ini pemerintah bikin jalan tapi trotoarnya ga di
perhatikan. Kalau pun ada trotoar yang agak lebar dikit, udah pasti diserobot
sama pedagang kaki lima, atau yang parkir motor, pernah merhatiin ga banyak
motor yang diparkir di trotoar, belum lagi harus berbagi dengan tiang listrik,
pohon, tiang papan reklame yang di pasang pas di tengah trotoar. Mungkin hal ini
juga yang bikin orang males jalan kaki. Kalau lagi enak-enak jalan, eh motor
dengan tanpa bersalahnya nyerembet ke badan trotoar, heran saya. Ada juga yang bikin saya lebih heran daripada
itu, pas kita lagi jalan di trotoar tiba-tiba depan kita ada pedagang dan
dipinngir trotoar yang dipakai jualan itu ada mobil yang terpakir sembarangan,
otomatis kita jadi turun ke bahu/badan jalan yang beresiko keserempet mobil. Benar-benar
merebut hak pejalan kaki. Ya tapi itu lah suka duka nya pejalan kaki. Lebih parahnya,
ternyata masyarakat di kita itu ga benar-benar tertib lalu lintas, udah tahu
ada lampu merah tapi mereka tetap jalan saja, contoh; saya sering lewat dan
nyebrang di pertigaan jalan Angkrek disitu kan ada lampu merah sekaligus zebracross-nya
juga, kalau pas lampu merah selalu ada aja kendaraan yang tetap jalan pura-pura
ga lihat. Dan saya ga berani nyebrang lah kalau lampunya belum merah meski
keaadaanya sepi kendaraan.
Di luar negri, katakanlah seperti di Negara-negara
maju, mulai dari sistem transportasi, lalu lintas, fasilitas umum seperti
trotoar dibuat sedemikian rapih dan tertib. Di luar negri pejalan kaki adalah
raja, di kita, Indonesia, pejalan kaki di klaksonin seakan-akan pejalan kaki
itu adalah penghalang, dan mereka orang yang berkendara gak mau ngalah. Di tengah
maraknya issu tentang global warming ga lantas membuat masyarakat Indonesia
semakin sadar lingkungan, hanya untuk berjalan kaki dengan jarak yang dekat pun
mereka merasa gengsi (saya ga bilang semua ya orang Indonesia seperti itu), padahal
masyarakat seperti di Negara-negara maju (e.g. Jerman, Swiss, Jepang, Singapur dll.) mereka lebih memilih jalan kaki atau bersepeda atau menggunakan
public transport. Selain peraturanya yang ketat, Masyarakatnya disiplin. Biaya parkir
yang mahal, biaya pembuatan sim yang sangat mahal pula dan harus benar-benar licensed,
mewajibkan memiliki garasi sendiri, membuat masyarakat disana jadi mikir-mikir
lagi untuk memiliki atau berkendara sendiri. Kalau di kita kan parkir bisa di
mana aja dan ga sampai ratusan ribu per jamnya, bikin sim bisa nembak, intinya
ga seribet aturan disana.
Disini yang saya rasakan, masyarakat
sekitar menganggap orang seperti saya yang tiap hari jalan kaki bolak-balik,
adalah hal yang aneh dan mungkin mereka bosan kali ya liat saya yang tiap
harinya jalan kaki (*kecuali hari libur ga kemana-mana) ga ada peningkatan,
orang lain udah naik motor lu kapan War. “Neng
sendirian aja?”, “Neng jalan aja, ga pake ojek?”, “Neng, panas atuh jalan kaki
mah?”, “Neng ga di anterin pake motor?”“Ih, Neng, uyuhan papah, meni paranas
jeung kebul kieu!”, “Ih mun urang mah haroream teuing leumpang!”. *bodo
amat.
Tapi kalau kita emang niat dari hati
mau sepanas apapun, sebecek apapun, seberdebu apapun kondisinya, ga ada masalah
buat jalan kaki. Kadang saya ngerasa sendiri siih ditengah-tengah orang yang
memilih untuk berkendara sendiri. Intinya ga ada yang larang untuk memiliki
kendaraan apapun dan sebanyak apapun, mau naik motor/mobil ke sekolah, kampus,
tempat kerja, rumah saudara, sah-sah aja ga ada yang larang. Saya juga gak
menampik kalau saya juga ingin memiliki kendaraan pribadi. Tapi kalau kita mau
sedikit peduli pada lingkungan dan sosial, kita bisa mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi, atau alternatifnya kita bisa membuat jadwal mengenai
pemakaian kendaraan pribadi. Misal, hari ini kita bawa motor, hari ini sama ini
kita naik transportasi umum, kalau kita bawa barang banyak ya mungkin bawa
mobil sendiri bisa jadi pilihan, kalu enggak ya ga harus. Intinya ya ga di
bikin ribet mentang-mentang ga ada motor ga jadi deh perginya, atau malah ga
sekolah. Ingat! Masih banyak orang di luaran sana yang daerahnya terisolir boro-boro
mikirin punya motor/mobil akses jalanya
pun masih sulit.
Tapi ya susah sih untuk belajar hidup
sederhana salah satunya dengan jalan kaki, apalagi kalau sudah biasa dengan
gaya hidup yang serba instant, cepat dan ga mau ribet.